Sepatu belum dilepas. Pakaian seragam sekolahnyapun belum juga
diganti. Tas dilempar di tempat tidurnya. Sigit langsung membantingkan
dirinya sambil menggerutu dengan wajah cemberut. Emosinya meledak.
Itulah sebabnya, maka ibunya memasang telinga di muka pintu Sigit.
lngin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi pada anak tunggalnya
itu.
“Prok! Prok!” suara di dalam kamar itu mengejutkan ibu Sigit.
“Ada apa sih, Git?” tanya ibu Sigit dari balik pintu kamar.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar.
“Keluarlah nak…..!” pinta ibu Sigit halus.
Itupun tak dijawab oleh Sigit.
“Sebaiknya sepulang sekolah kamu cuci tangan dan makan dulu, Git…”
Tetap tidak ada sautan. Hal itu menyebabkan ibu Sigit geleng-geleng
kepala dan akhirnya berlalu menuju dapur untuk menyiapkan makan siang.
Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Sigit selesai mandi. Kini
wajahnya tak secemberut siang tadi. Apa lagi tak lama kemudian Dullah
datang membawa buah duku.
“Manis juga ya….” ujar Sigit sambil mengunyah duku.
“Mau yang masam?” kelakar Dullah.
“Nggak, ah….”
Ditengah-tengah keasyikan itu tiba-tiba ibu Sigit mendekatinya.
“Nah, hegitu dong, susah itu tak ada gunanya, bukan?” kata ibu Sigit.
“Benar nggak, Git! Dul…! Oya, sebenarnya ada kejadian apa sih, Dul,
siang tadi? Sepulang sekolah Sigit mengunci kamar menggerutu tak ada
habisnya.”
Dua anak itu berpandang-pandangan. Dullah berpikir¬pikir.
“Apa sih, Git?” bisik Dullah kepada Sigit.
“Ridwan! Murid baru tadi!” jawab Sigit berbisik pula. Dullah jadi ingat.
“Oya bu, di kelas kami ada seorang murid baru. Ridwan namanya. Dia
berasal dari desa. Dia pendiam tak banyak omong. Penakut barangkali.
Oleh karena itulah maka Iping selalu menyindirnya, mana anak udik! Anak
tak becus dan sebagainya. Tetapi Ridwan tak marah sedikit pun. Namun di
balik itu semua, dia cerdas sekali. Tadi ketika ulangan matematika dia
mendapat nilai sepuluh. Bayangkan, bu! Padahal lainnya paling tinggi
hanya mendapat tujuh. Termasuk Sigit yang biasanya mendapat nilai paling
baik. Namun kali ini ada yang mengungguli.”
Sigit menunduk.
“Itukah yang menyebabkan siang tadi kau cemberut, Git?” desak ibu
Sigit. “Itu keliru. Seharusnya teman baru yang lebih pandai harus
bersyukur. Bahkan dapat kalian manfaatkan. Kalian harus banyak belajar
dari dia, agar nilai-nilaimu nanti dapat lebih baik. Lebih dari itu ibu
yakin dia mesti anak baik. Tidak sombong. Tidak suka menonjolkan
kepandaiannya. Ibarat tumbuhan padi. Menunduk karena berisi. Nah, kalian
harus meniru ilmu padi itu.”
Sigit dan Dullah saling berpandangan. Mereka mengerti maksud ibu Sigit.
“Baiklah, bu,” ucap Sigit tersendat.
“Kapan-kapan kita belajar bersama ke rumahnya,” sambung Dullah. “Karena memang ujian sudah dekat.”
“Tentu!” jawab Sigit.***
sumber: http://www.cerita-anak.com/seperti-tumbuhan-padi.html#more-48
Pages
Cerita: seperti tumbuhan padi
Diposting oleh
Lescka.Com
Sabtu, 25 Agustus 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Blogger templates
Popular Posts
-
Sepatu belum dilepas. Pakaian seragam sekolahnyapun belum juga diganti. Tas dilempar di tempat tidurnya. Sigit langsung membantingkan diri...
-
Aku ingin menjadi teman yang... Selalu memberi Aku ingin menjadi bantuan yang Selalu bisa membuatmu senang Aku ingin berarti sebanyak bagi ...
-
Orang pintar yang membuat jejaring sosial adalah Jack Dorsey. Idenya muncul tiba-tiba pada saat ia berumur 24 tahun. Ia ingin mengubah cara...
-
Kelinci sangatlah putih Telinga panjang mata pun bersih Melompat-lompat berlari-lari Menari-nari kian kemari Kelinciku amat lucunya Hid...
-
permainan tebak angka yang mudah dipahami. Namun terkadang sangat sulit dipecahkan. Dalam permainan Sudoku kita hanya memerlukan kemampuan ...
-
kian lama hidup yang ku jalani selalu bersama mu sahabat ku susah sedih senang yang ku rasakan bersama mu sahabat ku sahabat begitu ...
-
“Lihat nih aku dapat uang banyak!” kata Udin beberapa saat setelah turun dari bus kota. Rupanya ia baru saja mengamen. Uang receh dan uang...
-
Waktu waktu...berakhir walau tak terasa sekali.. dari bayi sampai dewasa.. adalah waktu waktu yang tersisa bagi hidup Ohh waktu.... s...
-
Di sebuah sekolah yg terbuat dari jamur itu berisi para kurcaci kurcaci kecil.Karena usia mereka muda... disana adalah kerajaan Lollypop.Hi...
Labels
- Cerita kecil lescka
- Cerita Lescka
- Dibuat oleh http://www.burahol.com/2011/05/puisi-persahabatan.html
- http://kumpulanpuisi88.blogspot.com/2010/01/kelinciku.html
- http://toppuisi.blogspot.com/2007/12/selembar-puisi-untukmu-ibu.html
- http://www.carazone.net/2011/03/puisi-sahabat-kumpulan-puisi-sahabat.html
- puisi lescka
- puisiKU
Blog Archive
Mengenai Saya
- Lescka.Com
- saya suka bikin cerita tentang Binatang atau perdamaian atau Puisi
PEngIkuT
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar